The Glorification of Motherhood
5:05 PM
Sebenernya ini ditulis sebelum new year, tapi apa daya baru sempet nyelesain akhir januari bulan Februari hihihi. Yaudah gapapa yaaa...
Bulan Desember selalu jadi bulannya Ibu. Karena hari Ibu selalu jatuh di tanggal 22 Desember. Semua teman-teman sosial media saya ngepost foto dan quote about herself being mother dan their mother. Saya ngga ngepost karena ibu saya dan ibu mertua saya ngga biasa di gimmick in di socmeds ataupun dunia nyata haha. Nurut sama mereka aja wes cukup kayaknya. Saya juga belum pede men declared 'Ibu' buat diri sendiri karena bocahnya ae masih itungan bulan.
Post ini akan ada sensasi julid sepertinya haha karena saya mau protes atau bisa dibilang gemes sama the glorification of being mom era sekarang. Semua ini salah social media memang. Dulu tanpa social media paling yg ngejudge seseorang ya paling mertua, tetangga, atau kerabat sendiri and it was only inside the circle. Not some strangers put some irrelavant or rude comments on our profile.
Kadang saya suka baca-baca komen di akun buibu selebgram masa kini atau akun-akun info tentang anak dan ibu. Jadi si akun itu ngepost tentang latch on yang benar. Akun itu juga bilang kalau nipple lecet mungkin latch-on nya kurang benar. Then i read the comments section. How these people judging and overproud that they didnt get the nipple hurt. Yoi, sombongnya keluar gitu. Trus kalau yg sedang mengalami nipple hurt sedang baca komen-komen itu apa ngga makin jiper? Jadi takut menyusui dan menyalahkan diri sendiri karena belum bisa latch-on yang benar.
Because i feel that. Dimana bayi-bayi yang lain guampang banget makannya and my kid only eat 2-3 spoons. I feel stupid for not being a good mother or a good cook. Sampai anak sendiri kok ngga mau makan masakan ibunya. Makanan mpasi yang saya buat sebagian besar berakhir di tong sampah. Gimana ngga sedih buang-buang makanan setiap hari. Apalagi kalau dapet komen menjurus ke 'ngga enak kali masakannya'. Inginku buang itu semua bahan makanan (trus dipungut lagi, salmon mahal qaqaa) dan ngembaliin slow cookernya.
Karena memang anak saya bukan tipe suka makan banyak dan dia tipe makan yang luama sekali. Saya tutup kuping aja lah. Lha wong semua cara sudah di coba. Tapi masih di pendirian makan ngga pakai acara muter2 komplek. I hate that dan hasilnya pun sama ae. Yang kemakan sikit-sikit juga tapi capeknya dobel. Sekarang ya cuma sabar aja, titik. Ngga ada cara lain menghadapi anak malas makan (bukan GTM) cuma pakai ilmu sabar-sabar-sabaaaaaar.
Sebenernya overproud being mother udah dari jaman dulu sih ya, tapi dengan adanya socmed ini bikin tiap ibu lomba-lomba jadi ibu panutan. Terkadang sharing pun diiringi biar bisa famous. Coba liat berapa buanyak yang share tentang menu mpasi nya. Setiap hari masak apa di fotoin dulu. Dan sharing tentang ilmu-ilmu ngurus anak yang kadang ngga semua bisa diaplikasikan ke masing-masing anak. Karena ngga semua bisa pakai alat makan mahal atau mainan mahal macem itu.
Saya pernah baca disini, ternyata menu tunggal di WHO itu ngga ada. DSA saya juga bingung orang-orang itu tau dari mana tentang menu tunggal. Nah di socmeds yang sharing menu tunggal sudah ngga keitung jumlahnya. Why? Karena mereka cuma pengen keliatan kece dan keren karena posting sesuatu yang bagi mereka 'intelek'. Padahal mereka ngga cari info yg lain dulu, tanya DSA dulu, atau cari literatur yg benar dulu. Jadinya sesuatu yang kurang benar, tapi karena banyak yang sharing jadinya dibenarkan oleh mommy-mommy.
The glorification motherhood juga selalu dipampang nyata di bio socmeds. Mom of blabla, or fulltime mom, or Bunda blabla. Not only on their bio, but also their nickname or contact name. Like why the hell is bundanya blablabla is in my contact?
It's not that i hate buibu netijen. Saya sendiri salah satu buibu netijen juga. But dont be overproud cause you're being one. Dont judge if other mom has different way to raise their kid apart from yours. Saya pernah kesel sama salah satu artis yang 'menurut' saya terlalu lebay. Tapi lama kelamaan, yawes urusannya lah ya. She has the resource and money to raise her son that way. Who the hell am i to judge her. Saya juga salah nge judge kok lewat IG nya, not personally know her. Maap yaaa ebok.
Seperti kata salah satu blogger sukaan saya, 'salah satu yang ngeselin selain sotoy adalah making excuse'. Intinya, padahal salah tapi making excuse like 'sirik deh lo' atau 'gw kan ibunya'. Padahal yaudah sih kalo anak lo belom bisa jalan, yaudah ngga perlu ngasih excuse kenapanya. Karena ngga akan diterima juga sama yang nyinyir, malah membuat orangnya semakin usil.
Saya ngga pede share2 cara besarin anak. Karena cara saya masih belom foolproof hahaha. Bocahnya aja masih males makan, belom jago jalan juga, masih suka tantrum, saya sebagai ibu juga belom sesabar bunda bunda yang lain. Tapi saya buibu milenials yang suka update IG stories, gimana dong bocahnya lagi gemes-gemesnya hahaha.
Keep it to minimum biar buibu jaman sekarang ngga gampang baper. Kalau ngasih tau DM kek, jangan ditulis di komen yaaa... kasian artis2 atau selebgram di omelin buibu netijen nyuruh bayiknya dibedong mulu hihi yang sabar ya recelvenya
Love,
Szasa
Szasa
0 comments