Sabtu Bersama Bapak
11:02 AM
Lama sekali kayaknya udah ga pernah abisin buku secepat kilat. I finished this book in 2 hours during break time at office. I love how Adhitya Mulya story telling his mind into a book. Buku pinjeman dari Ibnu hasil waktu saya lagi ngider di Gramedia trus liat buku judulnya catchy. Waktu baca judul awalnya mikir, " buku drama ini", tapi pas liat synopsis sama pengarangnya, "oh Adhitya yg nulis Jomblo. Kayaknya oke". Setelah sebulan (berkali-kali dan lupa-lupa terus) ingetin Ibnu biar bawa bukunya pas ketemu, minggu kemaren akhirnya bisa baca bukunya, and I LOVE IT!
I'll quote Adhitya's words on his blog about his book :
Dan ini adalah bukunya. Novel gue yang ke 5. Judulnya “Sabtu Bersama Bapak.” Dalam novel ini, Gue mengangkat tema kekeluargaan. Mungkin karena gue sendiri sudah menjadi kepala keluarga jadi keluarrga memang menjadi sesuatu yang gue hadapi sehari-hari. Coba kalo tiap hari gue ngurusin dukun, mungkin yang ada gue akan nulis novel “Mbah Suro dan rukonya.”
Alasan kedua kenapa gue angkat tema kekeluargaan adalah karena gue melihat ini tema yang masih jarang. Dan ini memamng menjadi strategi gue. Selalu bercerita atau memberi wacana, yang orang banyak belum bahas. Contohnya tahun 2003 belum banyak yang komedi kayak Jomblo dan Gege Mengejar Cinta. Alhamdulillah sukses. Kemudian Travelers Tale, novel dengan tema travel, gue terbitkan sebelum buku travel fiksi dan nonfiksi berjamur. Coba aja, Travelers Talke terbit februari 2007. Kita bisa itung berapa banyak buku travel yang terbit sebelum dan sesudah februari 2007.
Cerita
Buku ini bercerita tentang sebuah keluarga (manusia ya, bukan tapir). Saat anak-anak mereka masih kecil, sang bapak jatuh sakit. Dia takut kedua anaknya tidak memiliki figur bapak saat mereka tumbuh besar nanti. berdasarkan ketakutan itu, sang bapak menyusun sebuah rencana. Bertahun-tahun kemudian, rencana sang bapak menjadi pegangan bagi kedua anak dalam menjalankan hidup mereka masing-masing.
Itu outline dari ceritanya.
Apa yang dapat kita Expect dari buku ini?
A different kind of Adhitya’s writing style. Mari kita akui, gue bertambah tua sejalan dengan umur dan semua yang gue lalui dalam hidup. Gue masih bisa kok menulis tentang jomblo kuliahan. Tapi apakah itu masih dekat dengan gue? secara gue terakhir kuliah 13 tahun yang lalu. yang ada di depan mata gue sekarang adalah sekolah anak, karir, tagihan listrik. I am not the same young Adhitya who write Jomblo 10 years ago. Gue tidak berubah. Gue masih seganteng yang dulu. Nicolas Saputra doang mah lewat. Tapi yang jelas gue juga berubah.
Teman-teman pembaca dapat melihat tulisan dan topik yang lebih dewasa dari yang teman-teman biasa temukan dalam tulisan gue pada umumnya. Itu aja sih.
He's funny but in my opinion kadang jayus mas, sungguan deh :p
Bukunya ngga menggurui meskipun banyak pelajaran-pelajaran yg bisa diambil buat manusia-manusia umur 20taun keatas. Banyak quotes-quotes yang bikin pengen ngestabilion satu buku. But these are my favorite :
“Menjadi panutan bukan tugas anak sulung-kepada adaik-adiknya, tapi tugas orang tua kepada semua anak”
“Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan, Yu.”
He tells story about building a warm and solid family, not a perfect one, but a solid one. Where the husband and the wife fight for what they love most. He also tells a story about one finding his other half, not in a cheesy way but how to be a good person so he could find a good woman. And about a mom who doesnt want to be a burden for others, she pushes her self to become strong woman for her kids and for her self.
Karena terlalu sering baca fiksi bocah, baca buku beginian bisa bikin otak seger lagi. Jangan cuma dibaca, di praktekkin juga Sza.
Happy reading,
Love,
Szasa
4 comments